Jumat, 24 April 2009

PERLUNYA PROGRAM INOVASI DI LEMBAGA PENDIDIKAN

PERLUNYA PROGRAM INOVASI DI LEMBAGA PENDIDIKAN

1. Pengertian Inovasi

Inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai sessuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah tertentu. Inovasi adalah memperkenalkan ide baru, barang baru, pelayanan baru dan cara-cara baru yang lebih bermanfaat.

Inovasi atau innovation berasal dari kata to innovate yang mempunyai arti membuat perubahan atau memperkenalkan sesuatu yang baru. Inovasi kadang pula diartikan sebagai penemuan, namun berbeda maknanya dengan penemuan dalam arti discovery atau invention (invensi). Discovery mempunyai makna penemuan sesuatu yang sebenarnya sesuatu itu telah ada sebelumnya, tetapi belum diketahui. Sedangkan invensi adalah penemuan yang benar-benar baru sebagai hasil kegiatan manusia. Dalam inovasi tercakup discovery dan invensi.

Secara harfiah to discover berarti membuka tutup. Artinya sebelum dibuka tutupnya, sesuatu yang ada di dalamnya belum diketahui orang. Sebagai contoh perubahan pandangan dari geosentrisme menjjadi heliosentrisme dalam astronomi. Nicolaus Copernicus memerlukan waktu bertahun-tahun guna melakukan pengamatan dan perhitungan untuk menyatakan bahwa bumi berputar pada porosnya, bahwa bulan berputar mengelilingi matahari dan bumi, bahwa planet-planet lain juga berputar mengelilingi matahari. Kesalahan besar yang ia lakukan adalah bahwa ia yakin semua planet (termasuk bumi dan bulan) mengelilingi matahari dalam bentuk lingkaran. Penemuan ini menggugah Tycho Brahe melakukan pengamatan lebih teliti terhadap gerakan planet. Data pengamatan kemudian membuat Johanes Kepler akhirnya mampu merumuskan hukum-hukum gerak planet yang tepat. Penemuan ketiga tokoh tersebut merupakan ”discovery”. Sedangkan invent yang dalam kamus didefinisikan sebagai menciptakan sesuatu yang baru yang tidak pernah ada sebelumnya. Contoh invention adalah penemuan Thomas Alva Edison (1847-1931), yaitu penemuan perekam suara elektronik, penyempurnaan mesin telegram yang secara otomatis mencetak huruf mesin, mesin piringan hitam, dan pengembangan bola lampu pijar.

Inovasi diartikan penemuan dimaknai sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang baik berupa discovery maupun invensi untuk mencapai tujuan atau untuk memecahkan masalah tertentu.

Santoso S. Hamijoyo dalam Cece Wijaya dkk (1992 : 6) menjabarkan bahwa kata baru diartikan sebagai apa saja yang belum dipahami, diterima atau dilaksanakan oleh si penerima pembaharuan, meskipun mungkin bukan baru lagi bagi orang lain. Akan tetapi, yang lebih penting dari sifatnya yang baru adalah sifat kualitatif yang berbeda dari sebelumnya. Kualitatif berarti bahwa inovasi itu memungkinkan adanya reorganisasi atau pengaturan kembali dalam bidang yang mendapat inovasi.

Kita berada di tengah-tengah samudera hasil inovasi. Ada inovasi: pengetahuan, teknologi, ICT, ekonomi, pendidikan, sosial, dsb. Inovasi dapat dikelompokkan pula atas inovasi besar dan inovasi kecil-kecil namun sangat banyak. Inovasi itu tidak harus mahal. Inovasi itu dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dimana saja. Kalau leluhur kita tidak inovatif, kita semuanya akan tetap tinggal di gua-gua, dalam kegelapan, tanpa busana.

Inovasi dapat menjadi positif atau negatif. Inovasi positif didefinisikan sebagai proses membuat perubahan terhadap sesuatu yang telah mapan dengan memperkenalkan sesuatu yang baru yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan. Inovasi negatif menyebabkan pelanggan enggan untuk memakai produk tersebut karena tidak memiliki nilai tambah, merusak cita rasa dan kepercayaan pelanggan hilang.

Inovasi sangat terkait erat dengan kemodernan. Pada umumnya kata modern digunakan untuk amenunjukkan terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik, lebih maju dan lebih menyenangkan, lebih meningkatkan kesejahteraan hidup. Inkeles mengemukakan ada beberapa aspek yang menjadi karakteristik manusia modern : bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, selalu siap menghadapi perubahan social, berpandangan luas, mempunyai dorongan ingin tahu yang kuat, lebih berorientasi pada masa kini dan masa yang akan datang, percaya pada perencanaan baik jangka panjang maupun jangka pendek, sangat menghargai keterampilan teknik dan menggunakannya sebagai dasar pemberian imbalan, memiliki wawasan pendidikan dan pekerjaan, menyadari dan menghargai kemuliaan orang lain, serta memahami perlunya produksi. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa diterimanya suatu inovasi sebagai tanda adanya modernisasi.

2. Difusi Inovasi

Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebaai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Jelas disini bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata inovasi. Karena tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem.

a. Unsur-Unsur Difusi Inovasi

Proses difusi inovasi melibatkan empat unsur utama, meliputi 1) inovasi; 2) saluran komunikasi; 3) kurun waktu tertentu; dan 4) sistem sosial.

b. Komunikasi dan Salurannya

Komunikasi adalah proses dimana partisipan menciptakan dan berbagi informasi satu sama lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Seperti telah diunkapkan sebelumnya bahwa difusi dapat dipandang sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana informasi yang dipertukarkannya adalah ide baru (inovasi). Dengan demikian, esensi dari proses difusi adalah pertukaran informasi dimana seorang individu mengkomunikasikan suatu ide baru ke seseorang atau beberapa orang lain. Rogers menyebutkan ada empat unsur dari proses komunikasi ini, meliputi: 1) inovasi itu sendiri; 2) seorang individu atau satu unit adopsi lain yang mempunyai pengetahuan atau pengalaman dalam menggunakan inovasi; 3) orang lain atau unit adopsi lain yang belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi; dan 4) saluran komunikasi yang menghubungkan dua unit tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah upaya mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit tertentu yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut (innovator) kepada seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai inovasi itu (potential adopter) melalui saluran komunikasi tertentu.


Sementara itu, saluran komunikasi tersebut dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: 1) saluran media massa (mass media channel); dan 2) saluran antarpribadi (interpersonal channel). Media massa dapat berupa radio, televisi, surat kabar, dan lain-lain. Kelebihan media massa adalah dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dari satu sumber. Sedangkan saluran antarpribadi melibatkan upaya pertukaran informasi tatap muka antara dua atau lebih individu.

c. Waktu

Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi. Dimensi waktu, dalam proses difusi, berpengaruh dalam hal: 1) proses keputusan inovasi, yaitu tahapan proses sejak seseorang menerima informasi pertama sampai ia menerima atau menolak inovasi; 2) keinovativan individu atau unit adopsi lain, yaitu kategori relatif tipe adopter (adopter awal atau akhir); dan 3) rata-rata adopsi dalam suatu sistem, yaitu seberapa banyak jumlah anggota suatu sistem mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu tertentu.

d. Sistem Sosial

Sangat penting untuk diingat bahwa proses difusi terjadi dalam suatu sistem sosial. Sistem sosial adalah satu set unit yang saling berhubungan yang tergabung dalam suatu upaya pemecahan masalah bersama untuk mencapai suatu tujuan. Anggota dari suatu sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem. Proses difusi dalam kaitannya dengan sistem sosial ini dipengaruhi oleh struktur sosial, norma sosial, peran pemimpin dan agen perubahan, tipe keputusan inovasi dan konsekuensi inovasi.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi Inovasi

Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa tujuan utama proses difusi adalah agar diadopsinya suatu inovasi. Namun demikian, seperti terlihat dalam model proses keputusan inovasi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi tersebut. Berikut ini adalah penjelasan dari beberapa faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi.

3. Karakteristik Inovasi

Rogers (1983) mengemukakan lima karakteristik inovasi meliputi:

1) keunggulan relatif (relative advantage),

2) kompatibilitas (compatibility),

3) kerumitan (complexity),

4) kemampuan diuji cobakan (trialability) (observability). dan

5) kemampuan diamati


Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik/unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi eknomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.


Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible).


Kerumitan adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi.


Kemampuan untuk diuji cobakan adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-coba batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam seting sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukan (mendemonstrasikan) keunggulannya.


Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi.

a. Saluran Komunikasi

Tujuan komunikasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama (mutual understanding) antara dua atau lebih partisipan komunikasi terhadap suatu pesan (dalam hal ini adalah ide baru) melalui saluran komunikasi tertentu. Dengan demikian diadopsinya suatu ide baru (inovasi) dipengaruhi oleh: 1) partisipan komunikasi dan 2) saluran komunikasi.


Dari sisi partisipan komunikasi, Rogers mengungkapkan bahwa derajat kesamaan atribut (seperti kepercayaan, pendidikan, status sosial, dan lain-lain) antara individu yang berinteraksi (partisipan) berpengaruh terhadap proses difusi. Semakin besar derajat kesamaan atribut partisipan komunikasi (homophily), semakin efektif komuniksi terjadi. Beitu pula sebaliknya. Semakin besar derajat perbedaan atribut partisipan (heterophily), semakin tidak efektif komunikasi terjadi. Oleh karenanya, dalam proses difusi inovasi, penting sekali untuk memahami betul karakteristik adopter potensialnya untuk memperkecil “heterophily”.


Sementara itu, saluran komunikasi juga perlu diperhatikan. Dalam tahap-tahap tertentu dari proses pengambilan keputusan inovasi, suatu jenis saluran komunikasi tertentu memainkan peranan lebih penting dibandingkan dengan jenis saluran komunikasi lain. Hasil penelitian berkaitan dengan saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut: 1) saluran komunikasi masa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran antar pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi; 2) saluran kosmopolit lebih penting pada tahap penetahuan dan saluran lokal relatif lebih penting pada tahap persuasi.3) saluran media masa relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter); dan 4) saluran kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan denan saluran local bagi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter).

b. Karakteristik Sistem Sosial


Difusi inovasi terjadi dalam suatu sistem sosial. Dalam suatu sistem sosial terdapat struktur sosial, individu atau kelompok individu, dan norma-norma tertentu.

Berkaitan dengan hal ini, Rogers (1983) menyebutkan adanya empat faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi. Keempat faktor tersebut adalah: 1) struktur sosial (social structure); 2) norma sistem (system norms); 3) pemimpin opini (opinion leaders); dan 4) agen perubah (change agent).

Struktur social adalah susunan suatu unit sistem yang memiliki pola tertentu. Struktur ini memberikan suatu keteraturan dan stabilitas prilaku setiap individu (unit) dalam suatu sistem sosial tertentu. Struktur sosial juga menunjukan hubungan antar anggota dari sistem sosial. Hal ini dapat dicontohkan seperti terlihat pada struktur oranisasi suatu perusahaan atau struktur sosial masyarakat suku tertentu. Struktur sosial dapat memfasilitasi atau menghambat difusi inovasi dalam suatu sistem. Katz (1961) seperti dikutip oleh Rogers menyatakan bahwa sangatlah bodoh mendifusikan suatu inovasi tanpa mengetahui struktur sosial dari adopter potensialnya, sama halnya dengan meneliti sirkulasi darah tanpa mempunyai pengetahuan yang cukup tentang struktur pembuluh nadi dan arteri. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers dan Kincaid (1981) di Korea menunjukan bahwa adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh karakteristik individu itu sendiri dan juga sistem social dimana individu tersebut berada.


Norma adalah suatu pola prilaku yang dapat diterima oleh semua anggota sistem social yang berfungsi sebagai panduan atau standar bagi semua anggota sistem social. Sistem norma juga dapat menjadi faktor penghambat untuk menerima suatu ide baru. Hal ini sangat berhubungan dengan derajat kesesuaian (compatibility) inovasi dengan nilai atau kepercayaan masyarakat dalam suatu sistem sosial. Jadi, derajat ketidak sesuaian suatu inovasi dengan kepercayaan atau nilai-nilai yang dianut oleh individu (sekelompok masyarakat) dalam suatu sistem social berpengaruh terhadap penerimaan suatu inovasi tersebut.


“Opinion Leaders” dapat dikatakan sebagai orang-orang berpengaruh, yaitu orang-orang tertentu yang mampu mempengaruhi sikap orang lain secara informal dalam suatu sistem sosial. Dalam kenyataannya, orang berpengaruh ini dapat menjadi pendukung inovasi atau sebaliknya, menjadi penentang. Ia (mereka) berperan sebagai model dimana prilakunya (baik mendukung atau menentang) diikuti oleh para penikutnya. Jadi, jelas disini bahwa orang berpengaruh (opinion leaders) memainkan peran dalam proses keputusan inovasi.


Agen pengubah, adalah bentuk lain dari orang berpengaruh. Mereka sama-sama orang yang mampu mempengaruhi sikap orang lain untuk menerima suatu inovasi. Tapi, agen pengubah lebih bersifat formal yang ditugaskan oleh suatu agen tertentu untuk mempengaruhi kliennya. Agen pengubah adalah orang-orang professional yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan tertentu untuk mempengaruhi kliennya. Dengan demikian, kemampuan dan keterampilan agen perubah berperan besar terhadap diterima atau ditolaknya inovasi tertentu. Sebagai contoh, lemahnya pengetahuan tentang karakteristik struktur sosial, norma dan orang kunci dalam suatu sistem social (misal: suatu institusi pendidikan), memungkinkan ditolaknya suatu inovasi walaupun secara ilmiah inovasi tersebut terbukti lebih unggul dibandingkan dengan apa yang sedang berjalan saat itu.

4. Pengertian Inovasi Pendidikan

Inovasi pendidikan adalah inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang baik, yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.

Pendidikan adalah suatu system, maka inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen system pendidikan, baik system dalam arti sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain. Seiring dengan perkembangan yang sangat pesan, ternyata dalam pendidikan pun telah mengalami inovasi yang sangat banyak, diantaranya :

  • Inovasi fasilitas fisisk, misalnya perubahan bentuk tempat duduk (satu anak satu kursi dan satu meja), perubahan pengaturan dinding ruangan (dinding batas antar ruang dibuat yang dapat dibuka sehingga pada waktu diperlukan dapat disatukan), perlengkapan perabot laboratorium bahasa, penggunaan TVCT Televisi Stasiun Terbatas, dan sebagainya.
  • Perumusan tujuan. Sistem pendidikan tentu memiliki rumusan tujuan yang jelas. Inovasi yang relevan dengan komponen ini, misalnya perubahan tujuan tiap jenis sekolah, perubahan tujuan pendidikan nasional, dan sebagainya.
  • Prosedur. Sistem pendidikan tentu mempunyai prosedur untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang relevan dengan komponen ini misalnya : penggunaan kurikulum baru, cara membuat persiapan mengajar, pengajaran individual, pengajaran kelompok, dan sebagainya.

5. Proses Inovasi

Proses Inovasi berkaitan dengan bagaimana suatu inovasi itu terjadi, di sini ada unsur keputusan yang mendasarinya, Oleh karena itu proses inovasi dapat dimaknai sebagai proses keputusan Inovasi (Innovation decision Process). Menurut Everett M Rogers proses keputusan inovasi adalah the process through which abn individual (or other decision making unit) passes from first knowledge of an innovation,to forming an attitude toward the innovation, to a decision to adopt or reject, to implementation of the new ide, and to confirmation of this decision

Proses inovasi dapat terjadi pada pada level makro dan mikro

Inovasi pada level makro dan mikro dapat digambarkan sebagai berikut :

bagan_inovasi_-_500.jpg

Inovasi di tingkat makro meliputi :

  1. Inovasi Manajemen, yaitu :
  • Inovasi dalam sistem pengelolaan pendidikan;
  • Fungsi-fungsi manajemen dijalankan dengan baik (POAC).

  1. Inovasi Organisasi, yaitu :
  • Inovasi dalam tata kelola secara kelembagaan;
  • Ramping struktur, kaya fungsi;
  • Pengembangan setiap fungsi yang ada dalam struktur, secara skematik.

Sedangkan inovasi di tingkat mikro (sekolah) adalah :

  • Inovasi dalam kerangka pengelolaan sekolah;
  • Bidang garapan dalam sekolah (kurikulum, siswa, biaya, fasilitas, tenaga, dan sebagainya.

Inovasi harus berlangsung di sekolah guna memperoleh hasil yang terbaik dalam mendidik siswa, ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah adalah guru. Oleh karena itu guru harus mampu menjadi seorang yang inovatif guna menemukan strategi atau metode yang efektif untuk mendidik. Inovasi yang dilakukan guru pada intinya berada dalam tatanan pembelajaran yang dilakukan di kelas. Kunci utama yang harus dipegang guru adalah bahwa setiap proses atau produk inovatif yang dilakukan dan dihasilkannya harus mengacu kepada kepentingan siswa.

6. Pentingnya Inovasi di Bidang Pendidikan

Sekolah sebagai tulang punggung untuk menyiapkan SDM yang handal semestinya harus bertanggung jawab terhadap kegagalan-kegagalan. Investasi yang ditanamkan dalam bidang pendidikan sungguh sudah cukup banyak. Waktu, tenaga, uang, dan fikiran –terlepas dari perdebatan besar dan kecil– telah dikucurkan ke dalam lapangan pendidikan.

Dari sisi moralitas, hendaknya guru lebih meningkatkan pembinaan moral yang lebih intensif, sehingga para siswa memiliki sikap yang berakhlak mulia yang ditujukan dengan perilaku yang santun dan terpuji, terutama kepada orang tua, guru, seluruh karyawan di lingkungan sekolah, serta teman-temannya. Dengan membangun moral akan senantiasa tercipta suasana kebersamaan, saling mengingatkan bila terjadi kekhilafan, yang diikuti saling memaafkan atas kesalahan tersebut.

Inovasi dalam dunia pendidikan dapat berupa apa saja, product ataupun sistem, produk misalnya seorang guru menciptakan media pembelajaran mock up untuk pembelajaran. sistem misalnya cara penyampaian materi di dalam kelas dengan lempar jawab ataupun yang lainnya yang bersifat metode. inovasi dapat dikreasikan sesuai pemanfaatannya. yang pasti harus menciptakan hal yang baru, yang memudahkan dalam dunia pendidikan serta mengarah kepada kemajuan.

Inovasi di sekolah, terjadi pada sistem sekolah itu sendiri yang terdiri dari komponen-komponan yang ada. diantaranya Sistem pendidikan sekolah tersebut yang terdiri dari kurikulum, tata tertib, maupun manajemen organisasi pusat sumber belajar. Selain itu, yang lebih penting ialah inovasi dilakukan pada Sistem pembelajaran ( yang berperan didalamnya adalah guru ) karena secara langsung yang melakukan pembelajaran di dalam kelas ialah guru, apa yang terjadi di kelas tergantung dari guru tersebut. keberhasilan pembelajaran sebagian besar ialah tanggung jawab guru.

Oleh karena itu. agar dunia pendidikan dapat lebih inovatif diperlukan guru yang berkompeten dan yang memiliki kreativitas yang tinggi. bagimana ia menyampaikan pembelajaran agar, belajar itu menarik, dan mudah dimengerti.


Dengan demikian guru mestinya menjadi ujung tombak pendidikan yang benar-benar mendidik dan mengasih arahan yang baik. Agar para siswa tersebut bisa berkembang menjadi para siswa yang santun dan dapat menerima pendidikan sebagai pencerahan dalam menciptakan dan membangun suatu proses atau produk yang inovatif.

Peran guru pada inovasi di sekolah tidak terlepas dari tatanan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas.tentu saj disini guru harus tetap memperhatikan sejumlah kepentingan siswa, disamping harus memperhatikan suatu tindakan inovasinya tersebut.

Langkah - langkah perubahan yang dilakukan oleh seorang guru pun memang tak terlepas dari beberapa aspek kompetensi yang harus dicapai seperti :

1. Planning Instructions (Merencanaan Pembelajaran);

2. Implementing Instructions (Menerapkan Pembelajaran);

3. Performing Administrative Duties (Melaksanakan Tugas-Tugas Administratif);

4. Communicating (Berkomunikasi);

5. Development Personal Skills (Mengembangkan Kemampuan Pribadi);

6. Developing Pupil Self (Mengembangkan Kemampuan Peserta Didik).

Guru menempati posisi kunci dan strategis dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan siswa agar dapat mencapai tujuan secara optimal. Faktor utama yang sangat mempengaruhi kualitas pendidikan adalah guru. Oleh karena itu tidak salah kalau ada kalimat yang mengatakan bahwa ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah adalah guru. Seorang guru tidak hanya harus pintar dari segi intelektualnya saja tetapi guru juga harus memiliki kompetensi Pedagogi, Profesional, Individual, dan Sosial, selain itu guru juga harus kreatif, dan inovatif. Untuk itu guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai diseminator, informator, transmitter, transformator, organizer, fasilitator, motivator, dan evaluator bagi terciptanya proses pembelajaran yang dinamis dan inovatif.


Guru sebagai pengajar merupakan penyebab utama terjadinya proses pembelajaran siswa, meskipun tidak semua perbuatan belajar siswa merupakan akibat guru yang mengajar. Oleh sebab itu, guru sebagai figur sentral, harus mampu menetapkan strategi metode, dan media pembelajaran yang tepat sehingga dapat mendorong terjadinya perbuatan belajar siswa yang aktif, produktif, dan efisien.

Guru diharapkan menggunakan multi metode dan multi media dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas. Seorang guru tidak bolah hanya terpaku atau berpusat pada salah satu metode dan media saja karena tidak ada satu pun metode dan media yang sempurna namun semuanya itu saling melengkapi. Pemilihan media dan metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan perbedaan individual peserta didik khususnya dalam cara belajar karena ada peserta didik yang lebih senang cara belajar visual, auditorial, dan kinestetik selain itu juga harus disesuaikan dengan kebutuhan dan minat siswa. Prioritas paling tinggi di sekolah adalah berpusat pada minat dan kebutuhan siswa. Jadi semua unit pekerjaan di sekolah diabdikan pada kepentingan siswa sesuai dengan tujuan dari pendidikan di sekolah tersebut.

7. Kesimpulan

Dalam dunia pendidikan inovasi sangat diperlukan agar SDA yang di dapat lebih kompeten sehingga setiap orang yang mengikuti pendidikan dapat langsung terjun dalam masyarakat bebas tanpa ada lagi hambatan dan bisa dengan cepat mengikuti perkembangan globalisasi. Kunci keberhasilan inovasi tersebut terletak pada inovatornya dalam menjalankan inovasinya tersebut. dan dalam dunia pendidikan inovatornya adalah guru. Inovasi yang yang dilakukan oleh guru akan berhasil dengan sukses jika guru tersebut memiliki kompetensi Pedagogi, Profesional, Individual dan Sosial.

Kualitas dan keberhasilan pembelajaran juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran. Ini berarti bahwa keberadaan guru dalam suatu proses pembelajaran memiliki peran dan kedudukan yang menentukan.


Inovasi itu sendiri bertujuan di antaranya, pertama, merupakan respons dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Dengan adanya inovasi, diharapkan pendekatan atau metode yang digunakan ketika mengajar dapat mencapai sasaran. Kedua, upaya mencari solusi atas masalah yang berkembang atau terjadi di lapangan. Maksudnya, persoalan aktual yang dihadapi siswa dapat dicari penyelesaiannya dalam pembelajaran.

Jadi, jelaslah bahwa inovasi pembelajaran yang dilakukan seorang guru akan menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

Referensi :

Cece Wijaya, Djaja Jajuri, A. Tabrani Rusyam (1991) Upaya Pembaharuan
dalam Bidang Pendidikan dan Pengajaran. Penerbit PT. Remaja
Rosdakarya- Bandung 1991.

Day, C.P. Whitaker, and D. Wren (1987) Appraisal and Professional
Development in the Primary Schools
, Philadelphia : Open University
Press.

Rogers, Everett, M., “Diffussion of Innovation”, (Canada: The Free Press of Macmillan Publishing)

Subandijah (1992) Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. PT Raja Grafindo
Persada-Yogyakarta

Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Penerbit Pustaka Setia Bandung 2002.

Udin Saefudin Saud, dan Ayi Suherman. Inovasi Pendidikan. Bahan Belajar Mandiri. UPI Press.

White, R.V. (1987) Managing Innovation. ELT. Journal 41/3


Rabu, 22 April 2009

Tinjauan tentang Inovasi Pendidikan

Tinjauan Tentang Inovasi Pendidikan _______________________________________________________________________________


Pendahuluan

Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru artinya hasil karya manusia. Discovery adalah penemuan sesuatu (benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya. Dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan discovery.

Inovasi adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat).

Inovasi dalam Bidang Pendidikan

Pelaksanaaan inovasi pendidikan seperti inovasi kurikulum tidak dapat dipisahkan dari inovator dan pelaksana inovasi itu sendiri. Inovasi pendidikan seperti yang dilakukan di Depdiknas yang disponsori oleh lembaga-lembaga asing cenderung merupakan "Top-Down Inovation". Inovasi ini sengaja diciptakan oleh atasan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan atau pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, ataupun sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan sebaginya. Inovasi seperti ini dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan dan bahkan memaksakan apa yang menurut pencipta itu baik untuk kepentingan bawahannya. Dan bawahan tidak punya otoritas untuk menolak pelaksanaannya.

Banyak contoh inovasi yang dilakukan oleh Depdiknas selama beberpa dekade terakhir ini, seperti Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Guru Pamong, Sekolah Persiapan Pembangunan, Guru Pamong, Sekolah kecil, Sistem Pengajaran Modul, Sistem Belajar jarak jauh dan lain-lain. Namun inovasi yang diciptakan oleh Depdiknas bekerjasama dengan lembaga-lembaga asing seperti British Council. USAID dan lain-lain
banyak yang tidak bertahan lama dan hilang, tenggelam begitu saja. Model inovasi yang demikian hanya berjalan dengan baik pada waktu berstatus sebagai proyek. Tidak sedikit model inovasi seperti itu, pada saat diperkenalkan atau bahkan selama pelaksanaannya banyak mendapat penolakan (resistance) bukan hanya dari pelaksana inovasi itu sendiri (di sekolah), tapi juga para pemerhati dan administrator di Kanwil dan Kandep. Model inovasi seperti yang diuraikan di atas, lazimnya disebut dengan model 'Top-Down Innovation". Model itu kebalikan dari model inovasi yang diciptakan berdasrkan ide, pikiran,
kreasi, dan inisiatif dari sekolah, guru atau masyarakat yang umumnya disebut model "Bottom-Up Innovation"

Ada inovasi yang juga dilakukan oleh guru-guru, yang disebut dengan
"Bottom-Up Innovation". Model yang kedua ini jarang dilakukan di
Indonesia selama ini karena sitem pendidikan yang sentralistis.

Pembahasan tentang model inovasi seperti model "Top-Down" dan
"Bottom-Up" telah banyak dilakukan oleh para peneliti dan para ahli
pendidikan. Sudah banyak pembahasan tentang inovasi pendidikan yang
dilakukan misalnya perubahan kurikulum dan proses belajar mengajar.
White (1988: 136-156) misalnya menguraikan beberapa aspek yang
bekaitan dengan inovasi seperti tahapan-tahapan dalam inovasi,
karakteristik inovasi, manajemen inovasi dan sistem pendekatannya.

Ada tiga jenis strategiinovasi, yaitu:

1) Power Coercive (strategi pemaksaan),

2) Rational
Empirical (empirik rasional), dan

3) Normative-Re-Educative (Pendidikan
yang berulang secara normatif).

1) Strategi inovasi yang pertama adalah strategi pemaksaaan berdasarkan
kekuasaan merupakan suatu pola inovasi yang sangat bertentangan dengan
kaidah-kaidah inovasi itu sendiri. Strategi ini cenderung memaksakan
kehendak, ide dan pikiran sepihak tanpa menghiraukan kondisi dan
keadaan serta situasi yang sebenarnya dimana inovasi itu akan
dilaksanakan. Kekuasaan memegang peranan yang sangat kuat pengaruhnya
dalam menerapkan ide-ide baru dan perubahan sesuai dengan kehendak dan
pikiran-pikiran dari pencipta inovasinya. Pihak pelaksana yang
sebenarnya merupakan obyek utama dari inovasi itu sendiri sama sekali
tidak dilibatkan baik dalam proses perencanaan maupun pelaksanaannya.
Para inovator hanya menganggap pelaksana sebagai obyek semata dan
bukan sebagai subyek yang juga harus diperhatikan dan dilibatkan
secara aktif dalam proses perencanaan dan pengimplementasiannya.

2) Strategi inovasi yang kedua adalah empirik Rasional. Asumsi dasar
dalam strategi ini adalah bahwa manusia mampu menggunakan pikiran
logisnya atau akalnya sehingga mereka akan bertindak secara rasional.
Dalam kaitan dengan ini inovator bertugas mendemonstrasikan inovasinya
dengan menggunakan metode yang terbaik valid untuk memberikan manfaat
bagi penggunanya.
Di sekolah, para guru menciptakan strategi atau metode mengajar yang
menurutnya sesuai dengan akal yang sehat, berkaitan dengan situasi dan
kondisi bukan berdasarkan pengalaman guru tersebut. Di berbagai
bidang, para pencipta inovasi melakukan perubahan dan inovasi untuk
bidang yang ditekuninya berdasarkan pemikiran, ide, adan pengalaman
dalam bidangnya itu, yang telah digeluti berbualan-bulan bahkan
bertahun-tahun. Inovasi yang demikian memberi dampak yang lebih baik
dari pada model inovasi yang pertama. Hal ini disebabkan oleh
kesesuaian dengan kondisi nyata di tempat pelaksanaan inovasi
tersebut.

3) Jenis strategi inovasi yang ketiga adalah normatif re-edukatif
(pendidikan yang berulang) adalah suatu strategi inovasi yang
didasarkan pada pemikiran para ahli pendidikan yang menekankan bagaimana klien memahami permasalahan pembaharuanseperti perubahan sikap, skill, dan nilai-nilai yang berhubungan
dengan manusia.

Dalam pendidikan, sebuah strategi bila menekankan pada pemahaman pelaksana dan penerima inovasi, maka pelaksanaan inovasi dapat
dilakukan berulang kali. Misalnya dalam pelaksanaan perbaikan sistem
belajar mengajar di sekolah, para guru sebagai pelaksana inovasi
berulang kali melaksanakan perubahan-perubahan itu sesuai dengan
kaidah-kaidah pendidikan. Kecenderungan pelaksanaan model yang
demikian agaknya lebih menekankan pada proses mendidik dibandingkan
dengan hasil dari perubahan itu sendiri. Pendidikan yang dilaksanakan
lebih mendapat porsi yang dominan sesuai dengan tujuan menurut pikiran
dan rasionalitas yang dilakukan berkali-kali agar semua tujuan yang
sesuai dengan pikiran dan kehendak pencipta dan pelaksananya dapat
tercapai.



3. Kendala-kendala Dalam Inovasi Pendidikan

Kendala-kendala yang mempengaruhi keberhasilan usaha inovasi
pendidikan seperti inovasi kurikulum antara lain adalah (1) perkiraan
yang tidak tepat terhadap inovasi (2). konflik dan motivasi yang
kurang sehat (3). lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga
mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi yang dihasilkan (4).
keuangan (finacial) yang tidak terpenuhi (5). penolakan dari
sekelompok tertentu atas hasil inovasi (6) kurang adanya hubungan
sosial dan publikasi (Subandiyah 1992:81). Untuk menghindari
masalah-masalah tersebut di atas, dan agar mau berubah terutama sikap
dan perilaku terhadap perubahan pendidikan yang sedang dan akan
dikembangkan, sehinga perubahan dan pembaharuan itu diharapkan dapat
berhasil dengan baik, maka guru, administrator, orang tua siswa, dan
masyarakat umumnya harus dilibatkan

4. Penolakan (Resistance)


Ada beberapa hal mengapa inovasi sering ditolak atau tidak dapat
diterima oleh para pelaksana inovasi di lapangan atau di sekolah
sebagai berikut:

a) Sekolah atau guru tidak dilibatkan dalam proses perencanaan,
penciptaan dan bahkan pelaksanaan inovasi tersebut, sehingga ide
baru atau inovasi tersebut dianggap oleh guru atau sekolah bukan
miliknya, dan merupakan kepunyaan orang lain yang tidak perlu
dilaksanakan, karena tidak sesuai dengan keinginan atau kondisi
sekolah mereka.

b) Guru ingin mempertahankan sistem atau metode yang mereka lakukan
saat sekarang, karena sistem atau metode tersebut sudah mereka
laksanakan bertahun-tahun dan tidak ingin diubah. Disamping itu
sistem yang mereka miliki dianggap oleh mereka memberikan rasa
aman atau kepuasan serta sudah baik sesuai dengan pikiran mereka.
Inovasi yang baru yang dibuat oleh orang lain terutama dari pusat
(khususnya Depdiknas) belum sepenuhnya melihat kebutuhan dan
kondisi yang dialami oleh guru dan siswa.

c) Inovasi yang diperkenalkan dan dilaksanakan yang berasal dari
pusat merupakan kecenderungan sebuah proyek dimana segala
sesuatunya ditentukan oleh pencipta inovasi dari pusat. Inovasi
ini bisa terhenti kalau proyek itu selesai atau kalau finasial dan
keuangannya sudah tidak ada lagi. Dengan demikian pihak sekolah
atau guru hanya terpaksa melakukan perubahan sesuai dengan
kehendak para inovator di pusat dan tidak punya wewenang untuk
merubahnya.

d) Kekuatan dan kekuasaan pusat yang sangat besar sehingga dapat
menekan sekolah atau guru melaksanakan keinginan pusat, yang belum
tentu sesuai dengan kemauan mereka dan situasi sekolah mereka.


5. Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Inovasi

Untuk menghindari penolakan seperti yang disebutkan di atas,
faktor-faktor utama yang perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan
adalah guru, siswa, kurikulum dan fasilitas, dan program/tujuan,

1. Guru

Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak
yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan
kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar
di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru harus pandai membawa
siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai.

Ada beberapa hal yang dapat membentuk kewibawaan guru antara lain
adalah penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai
dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antar individu, baik dengan
siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam
proses pendidikan seperti adminstrator, misalnya kepala sekolah dan
tata usaha serta masyarakat sekitarnya, pengalaman dan keterampilan
guru itu sendiri.

Dengan demikian, maka dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru
mulai dari perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan
dan evaluasinya memainkan peran yang sangat besar bagi keberhasilan
suatu inovasi pendidikan. Tanpa melibatkan mereka, maka sangat mungkin
mereka akan menolak inovasi yang diperkenalkan kepada mereka.

2. Siswa

Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar
mengajar, siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses
belajar mengajar, siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui
penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan
komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bisa
terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan,
walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada
perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan,
sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama yang
harus dilaksanakan dengan konsekwen. Peran siswa dalam inovasi
pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur-unsur lainnya,
karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran
pada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru. Oleh karena
itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai dengan
penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak
saja menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga
mengurangi resistensi seperti yang diuraikan sebelumnya.

3. Kurikulum

Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi
program pengajaran dan perangkatnya merupakan pedoman dalam
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karena itu
kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan
inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama dengan
unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa
mengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi pendidikan
tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri. Oleh
karena itu, dalam pembahruan pendidikan, perubahan itu hendaknya
sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti
dengan pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari
kedua-duanya akan berjalan searah.

4. Fasilitas

Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa
diabaikan dalam dalam proses pendidikan khususnya dalam proses belajar
mengajar. Dalam pembahruan pendidikan, tentu saja fasilitas merupakan
hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan.
Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa
dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama
fasilitas belajar mengajar merupakan hal yang esensial dalam
mengadakan perubahan dan pembahruan pendidikan. Oleh karena itu, jika
dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu
diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja dan
sebagainya.

5. Lingkup Sosial Masyarakat.

Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara
langsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak,
baik positif maupun negatif, dalam pelaklsanaan pembahruan pendidikan.
Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun
tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan
dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik
terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa
melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan
terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau
dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan
sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam
melaksanakan inovasi pendidikan.


6. Kesimpulan

Inovasi pendidikan sebagai usaha perubahan pendidikan tidak bisa
berdiri sendiri, tapi harus melibatakan semua unsur yang terkait di
dalamnya, seperti inovator, penyelenggara inovasi seperti guru dan
siswa. Disamping itu, keberhasilan inovasi pendidikan tidak saja
ditentukan oleh satu atau dua faktor saja, tapi juga oleh masyarakat
serta kelengkapan fasilitas.

------------------------------------------------------------
Daftar Pustaka :

Cece Wijaya, Djaja Jajuri, A. Tabrani Rusyam (1991) Upaya Pembaharuan
dalam Bidang Pendidikan dan Pengajaran. Penerbit PT. Remaja
Rosdakarya- Bandung 1991.

Subandijah (1992) Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. PT Raja Grafindo
Persada-Yogyakarta