Jumat, 01 Mei 2009

GURU DAN INOVASI

MODEL INOVASI

PROFESIONALISME GURU

Pendidikan di sekolah dirasakan akan kebutuhan kehadirannya ketika keluarga tidak mampu lagi dalam memberikan pendidikan yang wajar kepada anak-anaknya, lembaga kependidikan seperti sekolah misalnya, merupakan salah satu alternatif sebagai wahana proses interaksi manusia dalam pemenuhan kebutuhan untuk mendapat perubahan hidup yang berarti demi sejahteranya proses hidup dan kehidupan manusia.

Sekolah yang diharapkan oleh masyarakat, perlu perencanaan dan pengembangan yang sistematis dan inovatif, sehingga suatu sekolah akan cepat maju dan berprestasi.

Pengembangan sekolah direncanakan secara terpadu dan berjenjang melalui beberapa tahapan, seperti diantaranya saja adalah multi peran guru.

Keberadaan guru di suatu sekolah merupakan salah satu faktor penentu untuk keberhasilan pendidikan siswa. Guru menjalankan tugas pokok dan fungsinya bersifat multiperan yaitu sebagai pendidik, pengajar dan pelatih.

Berkaitan dengan uraian di atas, apakah guru telah mampu untuk melakukan sebuah inovasi terhadap kinerjanya, berikut 9 variabel yang menuntut guru untuk melakukan inovasi: (1) Kondisi yang tidak menarik, (2) Kegagalan sering dialami, (3) Kejenuhan dalam bekerja, (4) Umpan balik rendah, (5) Minim daya dukung sarana, (6) Daya tarik rendah, (7) Minat pudar, (8) Perubahan paradigma, (9) Pengetahuan baru.

Ada 9 (sembilan) variabel yang menuntut guru untuk melakukan inovasi :

1. Kondisi yang tidak menarik.

Strateginya:

- Buatlah atau ciptakan keadaan menjadi menarik mulai dari diri sendiri, lingkungan tata ruang sekolah atau kantor guru sehingga selalu menimbulkan rasa semangat kerja dan nuansa yang segar terhadap perubahan-perubahan.

Contohnya :

(1) Tata ruang guru dipola dalam tiap semester untuk selalu berubah supaya menimbulkan suasana yang variatif untuk betah dan tinggal membawa inspirasi positif.

(2) Pengorganisasian kelas terhadap posisi tempat duduk siswa diputar secara bergantian selama satu bulan sekali, sehingga ada formasi yang menyenangkan bagi siswa untuk belajar di kelas secara bervariatif.

2. Kegagalan sering dialami.

Strateginya :

- Guru harus mampu mengambil hikmah dari kegagalan, bahwa kegagalan itu merupakan kesuksesan yang tertunda. Hal ini harus bisa mengkaji kenapa bisa gagal?, dimana letak kegagalan itu bisa terjadi?, sehingga kita bisa mengevaluasi setiap kegagalan untuk bisa diuji kembali dan terus dievaluasi lagi hingga bisa tercapai sesuai tujuan.

3. Kejenuhan dalam bekerja.

Strateginya :

- Guru harus mampu menciptakan budaya kerja sebagai bagian hidup dan kehidupan sehari-hari, bahwa hasil kerja guru hari sekarang harus lebih baik dari kemarin dan yang hari esok harus lebih baik dari sekarang.

4. Umpan balik rendah.

Strateginya :

- Guru harus berupaya untuk tanggap terhadap segala umpan balik terhadap permasalahan yang timbul, sehingga mampu memberikan evaluasi dan perubahan-perubahan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

5. Minimnya daya dukung sarana.

Strateginya :

- Dengan fasilitas yang serba seadanya bahkan minim sekali, guru harus bisa menciptakan modifikasi-modifikasi sehingga terpenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang mendekati pada yang sebenarnya, terutama alat-alat peraga pengajaran.

6. Daya tarik rendah.

Strateginya :

- Guru berusaha menciptakan penampilan secara luar dan dalam artinya dari luar harus bisa meyakinkan bahwa dirinya sudah pantas untuk berpenampilan sebagai seorang guru, dan dari dalam penuh dengan ide dan inovasi terhadap buah pemikiran yang kreatif, dari penemuan ilmiah atau penemuan hasil praktikum.

7. Minat pudar.

Strateginya :

- Jadikan bahwa kinerja guru merupakan profesi yang mulia dan profesional sehingga akan menuntut guru untuk tetap eksis dan bermartabat, baik untuk dirinya maupun untuk masyarakat dan negara. Sehingga profesi kinerja guru sejajar dengan profesi yang lain berdasarkan standar-standar profesi.

8. Perubahan paradigma.

Strateginya :

- Guru harus mampu menciptakan perubahan paradigma lama yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan jaman bahkan dapat memberikan pemikiran ke arah paradigma baru. Sehingga paradigma ini sejalan dengan kebutuhan dan tantangan era globalisasi.

9. Pengetahuan baru.

Strateginya :

- Guru harus mampu tetap eksis dan maju dengan cara berpola pikir yang kritis terhadap penemuan-penemuan baru dan terus menambah wawasan dan pengetahuan baik itu melalui jalur pendidikan reguler, penelitian, pendidikan dan latihan (diklat), penataran dan seminar-seminar sehingga mampu berkembang ke arah masa depan.

000000

Jumat, 24 April 2009

PERLUNYA PROGRAM INOVASI DI LEMBAGA PENDIDIKAN

PERLUNYA PROGRAM INOVASI DI LEMBAGA PENDIDIKAN

1. Pengertian Inovasi

Inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai sessuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah tertentu. Inovasi adalah memperkenalkan ide baru, barang baru, pelayanan baru dan cara-cara baru yang lebih bermanfaat.

Inovasi atau innovation berasal dari kata to innovate yang mempunyai arti membuat perubahan atau memperkenalkan sesuatu yang baru. Inovasi kadang pula diartikan sebagai penemuan, namun berbeda maknanya dengan penemuan dalam arti discovery atau invention (invensi). Discovery mempunyai makna penemuan sesuatu yang sebenarnya sesuatu itu telah ada sebelumnya, tetapi belum diketahui. Sedangkan invensi adalah penemuan yang benar-benar baru sebagai hasil kegiatan manusia. Dalam inovasi tercakup discovery dan invensi.

Secara harfiah to discover berarti membuka tutup. Artinya sebelum dibuka tutupnya, sesuatu yang ada di dalamnya belum diketahui orang. Sebagai contoh perubahan pandangan dari geosentrisme menjjadi heliosentrisme dalam astronomi. Nicolaus Copernicus memerlukan waktu bertahun-tahun guna melakukan pengamatan dan perhitungan untuk menyatakan bahwa bumi berputar pada porosnya, bahwa bulan berputar mengelilingi matahari dan bumi, bahwa planet-planet lain juga berputar mengelilingi matahari. Kesalahan besar yang ia lakukan adalah bahwa ia yakin semua planet (termasuk bumi dan bulan) mengelilingi matahari dalam bentuk lingkaran. Penemuan ini menggugah Tycho Brahe melakukan pengamatan lebih teliti terhadap gerakan planet. Data pengamatan kemudian membuat Johanes Kepler akhirnya mampu merumuskan hukum-hukum gerak planet yang tepat. Penemuan ketiga tokoh tersebut merupakan ”discovery”. Sedangkan invent yang dalam kamus didefinisikan sebagai menciptakan sesuatu yang baru yang tidak pernah ada sebelumnya. Contoh invention adalah penemuan Thomas Alva Edison (1847-1931), yaitu penemuan perekam suara elektronik, penyempurnaan mesin telegram yang secara otomatis mencetak huruf mesin, mesin piringan hitam, dan pengembangan bola lampu pijar.

Inovasi diartikan penemuan dimaknai sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang baik berupa discovery maupun invensi untuk mencapai tujuan atau untuk memecahkan masalah tertentu.

Santoso S. Hamijoyo dalam Cece Wijaya dkk (1992 : 6) menjabarkan bahwa kata baru diartikan sebagai apa saja yang belum dipahami, diterima atau dilaksanakan oleh si penerima pembaharuan, meskipun mungkin bukan baru lagi bagi orang lain. Akan tetapi, yang lebih penting dari sifatnya yang baru adalah sifat kualitatif yang berbeda dari sebelumnya. Kualitatif berarti bahwa inovasi itu memungkinkan adanya reorganisasi atau pengaturan kembali dalam bidang yang mendapat inovasi.

Kita berada di tengah-tengah samudera hasil inovasi. Ada inovasi: pengetahuan, teknologi, ICT, ekonomi, pendidikan, sosial, dsb. Inovasi dapat dikelompokkan pula atas inovasi besar dan inovasi kecil-kecil namun sangat banyak. Inovasi itu tidak harus mahal. Inovasi itu dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dimana saja. Kalau leluhur kita tidak inovatif, kita semuanya akan tetap tinggal di gua-gua, dalam kegelapan, tanpa busana.

Inovasi dapat menjadi positif atau negatif. Inovasi positif didefinisikan sebagai proses membuat perubahan terhadap sesuatu yang telah mapan dengan memperkenalkan sesuatu yang baru yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan. Inovasi negatif menyebabkan pelanggan enggan untuk memakai produk tersebut karena tidak memiliki nilai tambah, merusak cita rasa dan kepercayaan pelanggan hilang.

Inovasi sangat terkait erat dengan kemodernan. Pada umumnya kata modern digunakan untuk amenunjukkan terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik, lebih maju dan lebih menyenangkan, lebih meningkatkan kesejahteraan hidup. Inkeles mengemukakan ada beberapa aspek yang menjadi karakteristik manusia modern : bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, selalu siap menghadapi perubahan social, berpandangan luas, mempunyai dorongan ingin tahu yang kuat, lebih berorientasi pada masa kini dan masa yang akan datang, percaya pada perencanaan baik jangka panjang maupun jangka pendek, sangat menghargai keterampilan teknik dan menggunakannya sebagai dasar pemberian imbalan, memiliki wawasan pendidikan dan pekerjaan, menyadari dan menghargai kemuliaan orang lain, serta memahami perlunya produksi. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa diterimanya suatu inovasi sebagai tanda adanya modernisasi.

2. Difusi Inovasi

Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebaai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Jelas disini bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata inovasi. Karena tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem.

a. Unsur-Unsur Difusi Inovasi

Proses difusi inovasi melibatkan empat unsur utama, meliputi 1) inovasi; 2) saluran komunikasi; 3) kurun waktu tertentu; dan 4) sistem sosial.

b. Komunikasi dan Salurannya

Komunikasi adalah proses dimana partisipan menciptakan dan berbagi informasi satu sama lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Seperti telah diunkapkan sebelumnya bahwa difusi dapat dipandang sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana informasi yang dipertukarkannya adalah ide baru (inovasi). Dengan demikian, esensi dari proses difusi adalah pertukaran informasi dimana seorang individu mengkomunikasikan suatu ide baru ke seseorang atau beberapa orang lain. Rogers menyebutkan ada empat unsur dari proses komunikasi ini, meliputi: 1) inovasi itu sendiri; 2) seorang individu atau satu unit adopsi lain yang mempunyai pengetahuan atau pengalaman dalam menggunakan inovasi; 3) orang lain atau unit adopsi lain yang belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi; dan 4) saluran komunikasi yang menghubungkan dua unit tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah upaya mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit tertentu yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut (innovator) kepada seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai inovasi itu (potential adopter) melalui saluran komunikasi tertentu.


Sementara itu, saluran komunikasi tersebut dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: 1) saluran media massa (mass media channel); dan 2) saluran antarpribadi (interpersonal channel). Media massa dapat berupa radio, televisi, surat kabar, dan lain-lain. Kelebihan media massa adalah dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dari satu sumber. Sedangkan saluran antarpribadi melibatkan upaya pertukaran informasi tatap muka antara dua atau lebih individu.

c. Waktu

Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi. Dimensi waktu, dalam proses difusi, berpengaruh dalam hal: 1) proses keputusan inovasi, yaitu tahapan proses sejak seseorang menerima informasi pertama sampai ia menerima atau menolak inovasi; 2) keinovativan individu atau unit adopsi lain, yaitu kategori relatif tipe adopter (adopter awal atau akhir); dan 3) rata-rata adopsi dalam suatu sistem, yaitu seberapa banyak jumlah anggota suatu sistem mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu tertentu.

d. Sistem Sosial

Sangat penting untuk diingat bahwa proses difusi terjadi dalam suatu sistem sosial. Sistem sosial adalah satu set unit yang saling berhubungan yang tergabung dalam suatu upaya pemecahan masalah bersama untuk mencapai suatu tujuan. Anggota dari suatu sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem. Proses difusi dalam kaitannya dengan sistem sosial ini dipengaruhi oleh struktur sosial, norma sosial, peran pemimpin dan agen perubahan, tipe keputusan inovasi dan konsekuensi inovasi.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi Inovasi

Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa tujuan utama proses difusi adalah agar diadopsinya suatu inovasi. Namun demikian, seperti terlihat dalam model proses keputusan inovasi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi tersebut. Berikut ini adalah penjelasan dari beberapa faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi.

3. Karakteristik Inovasi

Rogers (1983) mengemukakan lima karakteristik inovasi meliputi:

1) keunggulan relatif (relative advantage),

2) kompatibilitas (compatibility),

3) kerumitan (complexity),

4) kemampuan diuji cobakan (trialability) (observability). dan

5) kemampuan diamati


Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik/unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi eknomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.


Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible).


Kerumitan adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi.


Kemampuan untuk diuji cobakan adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-coba batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam seting sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukan (mendemonstrasikan) keunggulannya.


Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi.

a. Saluran Komunikasi

Tujuan komunikasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama (mutual understanding) antara dua atau lebih partisipan komunikasi terhadap suatu pesan (dalam hal ini adalah ide baru) melalui saluran komunikasi tertentu. Dengan demikian diadopsinya suatu ide baru (inovasi) dipengaruhi oleh: 1) partisipan komunikasi dan 2) saluran komunikasi.


Dari sisi partisipan komunikasi, Rogers mengungkapkan bahwa derajat kesamaan atribut (seperti kepercayaan, pendidikan, status sosial, dan lain-lain) antara individu yang berinteraksi (partisipan) berpengaruh terhadap proses difusi. Semakin besar derajat kesamaan atribut partisipan komunikasi (homophily), semakin efektif komuniksi terjadi. Beitu pula sebaliknya. Semakin besar derajat perbedaan atribut partisipan (heterophily), semakin tidak efektif komunikasi terjadi. Oleh karenanya, dalam proses difusi inovasi, penting sekali untuk memahami betul karakteristik adopter potensialnya untuk memperkecil “heterophily”.


Sementara itu, saluran komunikasi juga perlu diperhatikan. Dalam tahap-tahap tertentu dari proses pengambilan keputusan inovasi, suatu jenis saluran komunikasi tertentu memainkan peranan lebih penting dibandingkan dengan jenis saluran komunikasi lain. Hasil penelitian berkaitan dengan saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut: 1) saluran komunikasi masa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran antar pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi; 2) saluran kosmopolit lebih penting pada tahap penetahuan dan saluran lokal relatif lebih penting pada tahap persuasi.3) saluran media masa relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter); dan 4) saluran kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan denan saluran local bagi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter).

b. Karakteristik Sistem Sosial


Difusi inovasi terjadi dalam suatu sistem sosial. Dalam suatu sistem sosial terdapat struktur sosial, individu atau kelompok individu, dan norma-norma tertentu.

Berkaitan dengan hal ini, Rogers (1983) menyebutkan adanya empat faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi. Keempat faktor tersebut adalah: 1) struktur sosial (social structure); 2) norma sistem (system norms); 3) pemimpin opini (opinion leaders); dan 4) agen perubah (change agent).

Struktur social adalah susunan suatu unit sistem yang memiliki pola tertentu. Struktur ini memberikan suatu keteraturan dan stabilitas prilaku setiap individu (unit) dalam suatu sistem sosial tertentu. Struktur sosial juga menunjukan hubungan antar anggota dari sistem sosial. Hal ini dapat dicontohkan seperti terlihat pada struktur oranisasi suatu perusahaan atau struktur sosial masyarakat suku tertentu. Struktur sosial dapat memfasilitasi atau menghambat difusi inovasi dalam suatu sistem. Katz (1961) seperti dikutip oleh Rogers menyatakan bahwa sangatlah bodoh mendifusikan suatu inovasi tanpa mengetahui struktur sosial dari adopter potensialnya, sama halnya dengan meneliti sirkulasi darah tanpa mempunyai pengetahuan yang cukup tentang struktur pembuluh nadi dan arteri. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers dan Kincaid (1981) di Korea menunjukan bahwa adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh karakteristik individu itu sendiri dan juga sistem social dimana individu tersebut berada.


Norma adalah suatu pola prilaku yang dapat diterima oleh semua anggota sistem social yang berfungsi sebagai panduan atau standar bagi semua anggota sistem social. Sistem norma juga dapat menjadi faktor penghambat untuk menerima suatu ide baru. Hal ini sangat berhubungan dengan derajat kesesuaian (compatibility) inovasi dengan nilai atau kepercayaan masyarakat dalam suatu sistem sosial. Jadi, derajat ketidak sesuaian suatu inovasi dengan kepercayaan atau nilai-nilai yang dianut oleh individu (sekelompok masyarakat) dalam suatu sistem social berpengaruh terhadap penerimaan suatu inovasi tersebut.


“Opinion Leaders” dapat dikatakan sebagai orang-orang berpengaruh, yaitu orang-orang tertentu yang mampu mempengaruhi sikap orang lain secara informal dalam suatu sistem sosial. Dalam kenyataannya, orang berpengaruh ini dapat menjadi pendukung inovasi atau sebaliknya, menjadi penentang. Ia (mereka) berperan sebagai model dimana prilakunya (baik mendukung atau menentang) diikuti oleh para penikutnya. Jadi, jelas disini bahwa orang berpengaruh (opinion leaders) memainkan peran dalam proses keputusan inovasi.


Agen pengubah, adalah bentuk lain dari orang berpengaruh. Mereka sama-sama orang yang mampu mempengaruhi sikap orang lain untuk menerima suatu inovasi. Tapi, agen pengubah lebih bersifat formal yang ditugaskan oleh suatu agen tertentu untuk mempengaruhi kliennya. Agen pengubah adalah orang-orang professional yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan tertentu untuk mempengaruhi kliennya. Dengan demikian, kemampuan dan keterampilan agen perubah berperan besar terhadap diterima atau ditolaknya inovasi tertentu. Sebagai contoh, lemahnya pengetahuan tentang karakteristik struktur sosial, norma dan orang kunci dalam suatu sistem social (misal: suatu institusi pendidikan), memungkinkan ditolaknya suatu inovasi walaupun secara ilmiah inovasi tersebut terbukti lebih unggul dibandingkan dengan apa yang sedang berjalan saat itu.

4. Pengertian Inovasi Pendidikan

Inovasi pendidikan adalah inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang baik, yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.

Pendidikan adalah suatu system, maka inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen system pendidikan, baik system dalam arti sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain. Seiring dengan perkembangan yang sangat pesan, ternyata dalam pendidikan pun telah mengalami inovasi yang sangat banyak, diantaranya :

  • Inovasi fasilitas fisisk, misalnya perubahan bentuk tempat duduk (satu anak satu kursi dan satu meja), perubahan pengaturan dinding ruangan (dinding batas antar ruang dibuat yang dapat dibuka sehingga pada waktu diperlukan dapat disatukan), perlengkapan perabot laboratorium bahasa, penggunaan TVCT Televisi Stasiun Terbatas, dan sebagainya.
  • Perumusan tujuan. Sistem pendidikan tentu memiliki rumusan tujuan yang jelas. Inovasi yang relevan dengan komponen ini, misalnya perubahan tujuan tiap jenis sekolah, perubahan tujuan pendidikan nasional, dan sebagainya.
  • Prosedur. Sistem pendidikan tentu mempunyai prosedur untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang relevan dengan komponen ini misalnya : penggunaan kurikulum baru, cara membuat persiapan mengajar, pengajaran individual, pengajaran kelompok, dan sebagainya.

5. Proses Inovasi

Proses Inovasi berkaitan dengan bagaimana suatu inovasi itu terjadi, di sini ada unsur keputusan yang mendasarinya, Oleh karena itu proses inovasi dapat dimaknai sebagai proses keputusan Inovasi (Innovation decision Process). Menurut Everett M Rogers proses keputusan inovasi adalah the process through which abn individual (or other decision making unit) passes from first knowledge of an innovation,to forming an attitude toward the innovation, to a decision to adopt or reject, to implementation of the new ide, and to confirmation of this decision

Proses inovasi dapat terjadi pada pada level makro dan mikro

Inovasi pada level makro dan mikro dapat digambarkan sebagai berikut :

bagan_inovasi_-_500.jpg

Inovasi di tingkat makro meliputi :

  1. Inovasi Manajemen, yaitu :
  • Inovasi dalam sistem pengelolaan pendidikan;
  • Fungsi-fungsi manajemen dijalankan dengan baik (POAC).

  1. Inovasi Organisasi, yaitu :
  • Inovasi dalam tata kelola secara kelembagaan;
  • Ramping struktur, kaya fungsi;
  • Pengembangan setiap fungsi yang ada dalam struktur, secara skematik.

Sedangkan inovasi di tingkat mikro (sekolah) adalah :

  • Inovasi dalam kerangka pengelolaan sekolah;
  • Bidang garapan dalam sekolah (kurikulum, siswa, biaya, fasilitas, tenaga, dan sebagainya.

Inovasi harus berlangsung di sekolah guna memperoleh hasil yang terbaik dalam mendidik siswa, ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah adalah guru. Oleh karena itu guru harus mampu menjadi seorang yang inovatif guna menemukan strategi atau metode yang efektif untuk mendidik. Inovasi yang dilakukan guru pada intinya berada dalam tatanan pembelajaran yang dilakukan di kelas. Kunci utama yang harus dipegang guru adalah bahwa setiap proses atau produk inovatif yang dilakukan dan dihasilkannya harus mengacu kepada kepentingan siswa.

6. Pentingnya Inovasi di Bidang Pendidikan

Sekolah sebagai tulang punggung untuk menyiapkan SDM yang handal semestinya harus bertanggung jawab terhadap kegagalan-kegagalan. Investasi yang ditanamkan dalam bidang pendidikan sungguh sudah cukup banyak. Waktu, tenaga, uang, dan fikiran –terlepas dari perdebatan besar dan kecil– telah dikucurkan ke dalam lapangan pendidikan.

Dari sisi moralitas, hendaknya guru lebih meningkatkan pembinaan moral yang lebih intensif, sehingga para siswa memiliki sikap yang berakhlak mulia yang ditujukan dengan perilaku yang santun dan terpuji, terutama kepada orang tua, guru, seluruh karyawan di lingkungan sekolah, serta teman-temannya. Dengan membangun moral akan senantiasa tercipta suasana kebersamaan, saling mengingatkan bila terjadi kekhilafan, yang diikuti saling memaafkan atas kesalahan tersebut.

Inovasi dalam dunia pendidikan dapat berupa apa saja, product ataupun sistem, produk misalnya seorang guru menciptakan media pembelajaran mock up untuk pembelajaran. sistem misalnya cara penyampaian materi di dalam kelas dengan lempar jawab ataupun yang lainnya yang bersifat metode. inovasi dapat dikreasikan sesuai pemanfaatannya. yang pasti harus menciptakan hal yang baru, yang memudahkan dalam dunia pendidikan serta mengarah kepada kemajuan.

Inovasi di sekolah, terjadi pada sistem sekolah itu sendiri yang terdiri dari komponen-komponan yang ada. diantaranya Sistem pendidikan sekolah tersebut yang terdiri dari kurikulum, tata tertib, maupun manajemen organisasi pusat sumber belajar. Selain itu, yang lebih penting ialah inovasi dilakukan pada Sistem pembelajaran ( yang berperan didalamnya adalah guru ) karena secara langsung yang melakukan pembelajaran di dalam kelas ialah guru, apa yang terjadi di kelas tergantung dari guru tersebut. keberhasilan pembelajaran sebagian besar ialah tanggung jawab guru.

Oleh karena itu. agar dunia pendidikan dapat lebih inovatif diperlukan guru yang berkompeten dan yang memiliki kreativitas yang tinggi. bagimana ia menyampaikan pembelajaran agar, belajar itu menarik, dan mudah dimengerti.


Dengan demikian guru mestinya menjadi ujung tombak pendidikan yang benar-benar mendidik dan mengasih arahan yang baik. Agar para siswa tersebut bisa berkembang menjadi para siswa yang santun dan dapat menerima pendidikan sebagai pencerahan dalam menciptakan dan membangun suatu proses atau produk yang inovatif.

Peran guru pada inovasi di sekolah tidak terlepas dari tatanan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas.tentu saj disini guru harus tetap memperhatikan sejumlah kepentingan siswa, disamping harus memperhatikan suatu tindakan inovasinya tersebut.

Langkah - langkah perubahan yang dilakukan oleh seorang guru pun memang tak terlepas dari beberapa aspek kompetensi yang harus dicapai seperti :

1. Planning Instructions (Merencanaan Pembelajaran);

2. Implementing Instructions (Menerapkan Pembelajaran);

3. Performing Administrative Duties (Melaksanakan Tugas-Tugas Administratif);

4. Communicating (Berkomunikasi);

5. Development Personal Skills (Mengembangkan Kemampuan Pribadi);

6. Developing Pupil Self (Mengembangkan Kemampuan Peserta Didik).

Guru menempati posisi kunci dan strategis dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan siswa agar dapat mencapai tujuan secara optimal. Faktor utama yang sangat mempengaruhi kualitas pendidikan adalah guru. Oleh karena itu tidak salah kalau ada kalimat yang mengatakan bahwa ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah adalah guru. Seorang guru tidak hanya harus pintar dari segi intelektualnya saja tetapi guru juga harus memiliki kompetensi Pedagogi, Profesional, Individual, dan Sosial, selain itu guru juga harus kreatif, dan inovatif. Untuk itu guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai diseminator, informator, transmitter, transformator, organizer, fasilitator, motivator, dan evaluator bagi terciptanya proses pembelajaran yang dinamis dan inovatif.


Guru sebagai pengajar merupakan penyebab utama terjadinya proses pembelajaran siswa, meskipun tidak semua perbuatan belajar siswa merupakan akibat guru yang mengajar. Oleh sebab itu, guru sebagai figur sentral, harus mampu menetapkan strategi metode, dan media pembelajaran yang tepat sehingga dapat mendorong terjadinya perbuatan belajar siswa yang aktif, produktif, dan efisien.

Guru diharapkan menggunakan multi metode dan multi media dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas. Seorang guru tidak bolah hanya terpaku atau berpusat pada salah satu metode dan media saja karena tidak ada satu pun metode dan media yang sempurna namun semuanya itu saling melengkapi. Pemilihan media dan metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan perbedaan individual peserta didik khususnya dalam cara belajar karena ada peserta didik yang lebih senang cara belajar visual, auditorial, dan kinestetik selain itu juga harus disesuaikan dengan kebutuhan dan minat siswa. Prioritas paling tinggi di sekolah adalah berpusat pada minat dan kebutuhan siswa. Jadi semua unit pekerjaan di sekolah diabdikan pada kepentingan siswa sesuai dengan tujuan dari pendidikan di sekolah tersebut.

7. Kesimpulan

Dalam dunia pendidikan inovasi sangat diperlukan agar SDA yang di dapat lebih kompeten sehingga setiap orang yang mengikuti pendidikan dapat langsung terjun dalam masyarakat bebas tanpa ada lagi hambatan dan bisa dengan cepat mengikuti perkembangan globalisasi. Kunci keberhasilan inovasi tersebut terletak pada inovatornya dalam menjalankan inovasinya tersebut. dan dalam dunia pendidikan inovatornya adalah guru. Inovasi yang yang dilakukan oleh guru akan berhasil dengan sukses jika guru tersebut memiliki kompetensi Pedagogi, Profesional, Individual dan Sosial.

Kualitas dan keberhasilan pembelajaran juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran. Ini berarti bahwa keberadaan guru dalam suatu proses pembelajaran memiliki peran dan kedudukan yang menentukan.


Inovasi itu sendiri bertujuan di antaranya, pertama, merupakan respons dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Dengan adanya inovasi, diharapkan pendekatan atau metode yang digunakan ketika mengajar dapat mencapai sasaran. Kedua, upaya mencari solusi atas masalah yang berkembang atau terjadi di lapangan. Maksudnya, persoalan aktual yang dihadapi siswa dapat dicari penyelesaiannya dalam pembelajaran.

Jadi, jelaslah bahwa inovasi pembelajaran yang dilakukan seorang guru akan menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

Referensi :

Cece Wijaya, Djaja Jajuri, A. Tabrani Rusyam (1991) Upaya Pembaharuan
dalam Bidang Pendidikan dan Pengajaran. Penerbit PT. Remaja
Rosdakarya- Bandung 1991.

Day, C.P. Whitaker, and D. Wren (1987) Appraisal and Professional
Development in the Primary Schools
, Philadelphia : Open University
Press.

Rogers, Everett, M., “Diffussion of Innovation”, (Canada: The Free Press of Macmillan Publishing)

Subandijah (1992) Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. PT Raja Grafindo
Persada-Yogyakarta

Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Penerbit Pustaka Setia Bandung 2002.

Udin Saefudin Saud, dan Ayi Suherman. Inovasi Pendidikan. Bahan Belajar Mandiri. UPI Press.

White, R.V. (1987) Managing Innovation. ELT. Journal 41/3